Ikhtisar Perusahaan Shell: Sejarah, Laporan Keuangan, Dewan Direksi, dan Tujuan Masa Depan

Ikhtisar Perusahaan Shell: Sejarah, Laporan Keuangan, Dewan Direksi, dan Tujuan Masa Depan

Royal Dutch Shell, umumnya dikenal sebagai Shell, adalah salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia. Dengan operasi di lebih dari 70 negara, perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 80.000 orang di seluruh dunia. Dalam artikel ini, kami akan memberikan gambaran komprehensif tentang sejarah Perusahaan Shell, bersama dengan analisis terperinci tentang laporan keuangannya untuk 2020-2022. Selain itu, kami akan mengeksplorasi dewan direksi perusahaan dan tujuan masa depannya.

Jika Anda ingin berinvestasi komoditas, DB Investing adalah broker yang tepat untuk Anda. Pergi ke Pasar di menu atas kami dan pilih instrumen yang Anda suka.

Sejarah Shell

Shell Company didirikan pada tahun 1907 di London, Inggris. Pendiri perusahaan, Marcus Samuel, memulai bisnis ekspor-impor kecil yang mengkhususkan diri dalam menjual kerang kepada kolektor. Pada tahun 1892, Samuel memperluas bisnisnya untuk memasukkan minyak, dan ia membentuk kemitraan dengan saudaranya untuk mengimpor dan memurnikan minyak dari Azerbaijan.

Pada tahun 1897, saudara-saudara telah membentuk Shell Transport and Trading Company, yang kemudian menjadi Royal Dutch Shell.

Sepanjang awal abad ke-20, Shell Company berkembang pesat, mengakuisisi perusahaan dan membentuk usaha patungan dengan perusahaan minyak dan gas lainnya. Selama Perang Dunia II, perusahaan memainkan peran penting dalam memasok bahan bakar ke Sekutu. Di era pasca perang, Shell Company terus tumbuh dan berkembang, menjadi salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia.

Laporan Keuangan Shell Tahun 2020-2022

Laporan keuangan Perusahaan Shell untuk tahun 2020-2022 mengungkapkan gambaran yang beragam. Pada tahun 2020, perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar $21,7 miliar, terutama karena dampak pandemi COVID-19 terhadap ekonomi global.

Namun, kinerja keuangan perusahaan membaik pada tahun 2021, dengan laba bersih sebesar $19,3 miliar. Pada kuartal pertama tahun 2022, perusahaan melaporkan laba bersih sebesar $5,7 miliar, meningkat 57% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Pendapatan Perusahaan Shell untuk tahun 2020 adalah $180,5 miliar, turun 38% dibandingkan tahun 2019. Namun, pendapatan perusahaan meningkat pada tahun 2021 menjadi $180,7 miliar, dan pada kuartal pertama tahun 2022, perusahaan melaporkan pendapatan sebesar $62,9 miliar, meningkat 48% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Dewan Direksi Shell

Dewan direksi Shell Company terdiri dari 12 anggota, termasuk ketua dan CEO. Ketua dewan saat ini adalah Chad Holliday, yang telah berada di posisi ini sejak 2015. CEO perusahaan saat ini adalah Ben van Beurden, yang mengambil alih peran pada tahun 2014.

Dewan direksi bertanggung jawab untuk mengawasi arah strategis perusahaan dan memastikan bahwa perusahaan dijalankan dengan cara yang etis dan bertanggung jawab.

Dalam beberapa tahun terakhir, Perusahaan Shell telah menghadapi kritik dari kelompok-kelompok lingkungan atas perannya dalam industri minyak dan gas serta dampaknya terhadap lingkungan. Perusahaan telah merespons dengan berkomitmen untuk mengurangi emisi karbonnya dan berinvestasi dalam energi terbarukan.

Tujuan Masa Depan Shell

Shell Company telah menetapkan tujuan ambisius untuk masa depan, termasuk target untuk menjadi perusahaan energi emisi nol bersih pada tahun 2050. Perusahaan berencana untuk mencapai tujuan ini dengan berinvestasi dalam energi terbarukan dan mengurangi jejak karbonnya.

Pada tahun 2020, perusahaan mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan $ 2-3 miliar per tahun dalam proyek energi rendah karbon, seperti tenaga angin dan matahari, bahan bakar hidrogen, dan infrastruktur pengisian kendaraan listrik.

Selain itu, Perusahaan Shell telah menetapkan target untuk mengurangi intensitas emisi gas rumah kaca sebesar 20% pada tahun 2030 dan mencapai emisi nol bersih untuk operasinya sendiri pada tahun 2050 atau lebih cepat. Perusahaan juga bertujuan untuk mengurangi emisi metana sebesar 50% pada tahun 2025.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Perusahaan Shell telah menerapkan beberapa inisiatif, seperti meningkatkan investasinya dalam energi terbarukan, melakukan divestasi dari aset non-inti, dan bermitra dengan perusahaan lain untuk mengembangkan teknologi baru.

Perusahaan juga telah meluncurkan beberapa proyek untuk mengurangi emisi karbonnya, termasuk menangkap dan menyimpan karbon dioksida dari operasinya dan menggunakan energi terbarukan untuk memberi daya pada fasilitasnya.

Kesimpulan

Shell Company adalah salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia dengan sejarah panjang sejak tahun 1907. Perusahaan telah menghadapi banyak tantangan selama bertahun-tahun, termasuk dampak pandemi COVID-19 terhadap kinerja keuangannya dan kritik dari kelompok lingkungan.

Namun, Shell Company telah menetapkan tujuan ambisius untuk menjadi perusahaan energi emisi nol bersih pada tahun 2050 dan telah menerapkan beberapa inisiatif untuk mencapai target ini, termasuk berinvestasi dalam energi terbarukan, mengurangi jejak karbonnya, dan bermitra dengan perusahaan lain untuk mengembangkan teknologi baru.

Sebagai kesimpulan, sejarah Perusahaan Shell, laporan keuangan untuk 2020-2022, dewan direksi, dan tujuan masa depan memberikan gambaran komprehensif tentang operasi dan arah strategis perusahaan. Seiring transisi dunia menuju ekonomi rendah karbon, komitmen Perusahaan Shell terhadap energi terbarukan dan mengurangi jejak karbonnya akan sangat penting dalam membentuk masa depan industri energi.

Related Posts